Pada awalnya, Islam hanya tersebar
diantara orang-orang Mekkah. Selama 13 tahun dakwah Rasulullah saw di Mekkah,
nama beliaulah yang sampai pada penduduk luar Mekkah. Bila pun ada orang di
luar Mekkah yang masuk Islam, masih dalam batas hitungan jari.
Namun setelah Rasulullah saw berhasil
mendirikan negara Islam di Madinah, Islam pun tersebar luas hingga ke berbagai
penjuru negeri. Pada puncaknya, dua pertiga dunia pernah berada dalam naungan
Khilafah Islamiyah.
Saat itu, isi al Qur’an surat an Nasr
benar-benar terwujud, “Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong”.
Hingga kini, negeri-negeri yang pernah
menjadi bagian dari Khilafah tetap berwarna Islam. Meski negeri-negeri tersebut
sudah tercerai berai akibat ulah penjajah kafir barat, walau sebagian besar
staqafah Islam telah hilang dari benak kaum muslim, namun keimanan pada Allah
swt dan Rasul tetap di dada.
Nusantara, tempat berbagai kerajaan Islam
perwakilan Khilafah dulunya, kini berpenduduk mayoritas muslim. Begitupun
negeri-negeri di Timur Tengah bekas Khilafah, tetap menjadikan Islam sebagai
agama resmi negara dengan penduduk rata-rata muslim.
Tentu kuatnya pengaruh Islam pada umat
muslim bukan tanpa sebab. Islam memiliki sejumlah rahasia, mengapa Islam bisa
begitu tertancap kuat pada jiwa-jiwa pemeluknya. Pertama, Islam adalah agama
yang akidahnya bersifat aqliyah.
Umat Islam membawa misi dakwah dalam
menaklukkan sebuah negeri. Bukan penjajahan seperti yang dilakukan barat. Umat
Islam hendak membebaskan berbagai negeri dari kekufuran sesuai yang Allah swt
perintahkan.
Dasar pemikiran tersebutlah yang kemudian
mendorong kaum muslim mematuhi Allah swt dalam memperlakukan penduduk negeri
yang baru saja bergabung dalam Khilafah.
Penduduk baru tersebut diajak berpikir
tentang hakikat pencipta, disadarkan tentang tujuan hidup yang hakiki serta
diajak pada kebahagiaan yang sebenarnya. Pada akhirnya, pikiran mereka bangkit
dan tercerahkan. Mereka menemukan makna hidup dan jalan hidup yang benar.
Allah swt adalah pencipta yang sebenarnya
(QS. Al Ikhlas). Tujuan hidup semata beribadah padaNya (QS. Adzariyat: 56).
Bahagia itu ketika seorang muslim meraih ridhaNya (QS. Ali Imran: 174).
Kedua, kontinyu dalam amal Islam. Setelah
memperoleh akidah yang lurus, para muallaf tersebut dibimbing untuk mengamalkan
seluruh ajaran Islam. Secara rutin mereka pun mengkaji Islam. Alhasil, mereka
semakin menemukan kenikmatan dalam Islam.
Ketiga, Islam mendorong manusia untuk maju.
Islam tidak anti dunia, justru selaras dengan kemajuan hidup. Jika teknologi
disebut sebagai simbol kemajuan suatu negeri, maka Khilafah Islamiyah pantas
bergelar negara maju zaman itu.
Sebagai contoh adalah kehidupan di masa
pemerintahan Abdurahman II (822-852 M). Pada waktu itu, Eropa masih gelap
gulita. Sementara jalan-jalan di Cordova terang benderang disinari lampu. Kala
itu, para tokoh Eropa tidak bisa menulis namanya sendiri. Sementara anak-anak
Cordova sudah mulai masuk sekolah.
Kaum muslim tetap dalam posisinya sebagai
umat terbaik, selama masih berpegang teguh pada ideologi Islam. Rahmat Islam
dapat dirasakan alam dan seisinya, selama Islam masih diterapkan secara kaffah.
0 Comments
Post a Comment